Rabu, 02 Oktober 2013

Pertanyaan tentang Subdisiplin Linguistik Dilihat dari Sifat Telaahnya


Kelompok 2

1.Adli Rizal Farabi                    A1B113088   
2.Ayu Mustika S.N                   A1B113098
3.Dina Mulianti                         A1B113081
4.Fania Damayanti                    A1B113087
5.Fatmawati                             A1B113066
6.Fitriani                                   A1B113095
7.Henny Muhdianti                   A1B113090
8.Intan Kurnia Sari                   A1B113079
9.Laily Mukhlisah                     A1B113016   
10.Mega Puza Purnamasari      A1B113099
11.Puji Lestari                          A1B113045
12.Siti Maryam                        A1B113031
13.Yulina Rahmi                       A1B113044
14.Yuniwati Khairunnisa           A1B113033

Pertanyaan tentang Subdisiplin Linguistik
Linguistik Dilihat dari Sifat Telaahnya
1.        Linguistik makro lebih banyak membahas faktor luar bahasanya daripada struktur internal bahasa. Apa  saja faktor luar bahasa dan apa yang dimaksud dengan struktur internal bahasa?
2.        Jelaskan perbedaan linguistik mikro dengan linguistik makro !
3.     Dalam linguistik mikro ada beberapa subdisiplin. Tolong sebutkan dan jelaskan secara singkat tentang beberapa subdisiplin tersebut !
4.        Bagaimana contoh linguistik mikro dalam kehidupan sehari-hari ?
5.    Apa fungsi fonologi dalam pembelajaran kebahasaan dan mengapa fonologi termasuk dalam linguistik mikro ?
6.        Apa saja yang dipelajari dalam linguistik makro ?
7.   Linguistik makro dibagi lagi beberapa subdisplin, salah satunya adalah antropolinguistik. Apa yang dimaksud dengan antropolinguistik ?
8.    Salah satu subdisiplin dalam linguistik makro adalah filologi. Apa yang dimaksud dengan filologi dan bagaimana contohnya ?
9.        Apa yang dimaksud dengan filsafat bahasa ?
10.    Jelaskan tentang neurolomguistik dan etnolinguistik !

Minggu, 22 September 2013

Pertanyaan tentang Dikotomi


Pertanyaan tentang Dikotomi

1.Adli Rizal Farabi                                            A1B113088  
2.Ayu Mustika S.N                                           A1B113098
3.Dina Mulianti                                                 A1B113081
4.Fania Damayanti                                            A1B113087
5.Fatmawati                                                     A1B113066
6.Fitriani                                                          A1B113095
7.Henny Muhdianti                                           A1B113090
8.Intan Kurnia Sari                                           A1B113079
9.Laily Mukhlisah                                             A1B113016  
10.Mega Puza Purnamasari                              A1B113099
11.Puji Lestari                                                  A1B113045
12.Siti Maryam                                                A1B113031
13.Yulina Rahmi                                               A1B113044
14.Yuniwati Khairunnisa                                   A1B113033

1.         Apa perbedaan antara langue dengan prole dan apakah ada persamaan diantara keduanya ?
 
2.         Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur parole !
 
3.         Apa contoh dalam kehidupan sehari-hari tentang langue ?
 
4.         Apa pengertian parole dan surface structur ?
 
5.         Bagaimana  penjelasan tentang kompetensi dan performasi ?
 
6.         Ketika seseorang memiliki kompetensi yang tinggi, namun tidak memiliki performasi yang baik karena psikologisnya yang rendah, bagaimana agar keduanya dapat seimbang ?
 
7.         Bagaimana cara untuk menyeimbangkan kompetensi diri dalam hal performasi ?
 
8.         Apa yang dimaksud dengan deep structur dan bagaimana contohnya ?
 
9.         Deep structur atau struktur dalam adalah struktur yang mendasari sebuah kalimat. Salah satunya adalah frasa nomina dengan frasa nomina. Bagaimana contoh frasa nomina dengan frasa nomina ?
 
10.     Jelaskan tentang surface struture dan berikan contohnya !

Morfologi


Kelompok 2


1.Adli Rizal Farabi                                            A1B113088  
2.Ayu Mustika S.N                                           A1B113098
3.Dina Mulianti                                                 A1B113081
4.Fania Damayanti                                            A1B113087
5.Fatmawati                                                     A1B113066
6.Fitriani                                                           A1B113095
7.Henny Muhdianti                                           A1B113090
8.Intan Kurnia Sari                                           A1B113079
9.Laily Mukhlisah                                             A1B113016  
10.Mega Puza Purnamasari                              A1B113099
11.Puji Lestari                                                  A1B113045
12.Siti Maryam                                                A1B113031
13.Yulina Rahmi                                               A1B113044
14.Yuniwati Khairunnisa                                   A1B113033


MORFOLOGI

A.   Pengertian Morfologi

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
 
B.    Morfem
1.    Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

2.    Alomorf
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang membentuk verba aktif. Setiap morfem mempunyai alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk alomorf dari beberapa morfem yaitu:
1.     Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
a.      Ber-
Contohnya : bertamasya
b.     Be-
Contohnya : bepergian
c.      Bel-
Contohnya : belajar
2.     Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-.
a.      Me-
Contohnya : mewajibkan, merajut
b.     Mem-
Contohnya : membawa, mempunyai
c.      Men-
Contohnya : mencangkul, menulis, menndapatkan
d.     Meng-
Contohnya : menggulung, mengkaji
e.      Menge-
Contohnya : mengecat
f.      Meny-
Contohnya : menyapu, menyiram, menyingkir

3.    Morf
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya, ( misal i pada kenai ).

4.    Klasifikasi Morfem
*      Morfem Bebas dan Morfem Terikat
*      Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
*      Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
*      Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
*      Mofem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)

C.   Kata
1.    Hakikat Kata
Menurut bahasawan tradisional kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian. Batasan kata yang umum kita jumpai dalam berbagai buku linguistik Eropa adalah bahwa kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Batasan tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain; atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.
 
2.   Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan tradisional mengguaakan kriteria makna dan kriteria tungsi. Kriteria makna digunakan urltuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, dan lain-lainnya. Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan; dan yang disebut konjungsi adalah kata yang bertugas atau berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, atau bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain.

3.    Pembentukan Kata
Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini.
1).  Inflektif
 Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
2).  Derifatif
Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.

D.   Proses Morfemis

1.     Afiksasi
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif.  Afiks dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta produktifnya, yaitu:
1.     Afiks Ditinjau dari Letaknya.
Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan gabungan.
a.     Prefiks
 Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).
Contoh:
ber-          : berjalan, berdiri, bekerja, belajar, berlari, bertamu, berpikir, dll
meN-       : membeli, mencuci, meniru, mendarat, mengampu, menyanyi, melihat, dll
memper-  : memperbanyak, memperindah, mempermudah, memperbesar, dll
di-            : dibeli, dicuri, diambil, didengar, diraba, dijilat, diputar, dimakan, dll
ter-          : terkenal, terinjak, terbawa, terhormat, terpandai, termakan, terdengar, dll
per-          : perlebar, perpanjang, persempit, perluas, perluas, perkecil, dll
peN-        : pembeli, penjual, penata, pengampu, pemakan, penyanyi, dll
pe-           : pedagang, pelari, peternak, pekebun, petinju, peserta, petenis, dll
pra/pre-    : prasejarah, praduga, praremaja, prefiks, prajabatan, prakarya, dll

b.    Infiks
Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
 -el-          : telunjuk, temali, telapak, gelembung, geligi, pelatuk, gemulung
-er-          : serabut, seruling, gerigi
-em-         : kemuning, kemelut, kemilau, temali
-in-          : kinerja, sinambung, tinambah

c.    Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an                         : bacaan, makanan, tulisan, hitungan, catatan, kiriman
-kan                       : ambilkan, carikan, satukan, pisahkan, dengarkan, bicarakan
-i                            : temui, jumpai, ambili, tulisi, tangkapi, pukuli, panggili, mintai, alami, hewani
-ah                         : alamiah, insaniah, ilmiah
-wi                         : duniawi, ragawi, manusiawi
-nya                       : rupanya, tampaknya, agaknya, akhirnya
-wan                      : ilmuwan, sastrawan, budayawan, karyawan, wartawan, bangsawan
-wati                      : wartawati, karyawati, seniwati
-in                          : muslimin, mukminin, hadirin
-at                          : muslimat, mukminat, hadirat
-a/-i                        : dewa-dewi, mahasiswa-mahasiswi, putra-putri, muda-mudi

Morfem-morfem -ku, -mu, -nya, dan kau seperti pada bukunya, sepedaku, rumahmu, dll bukan merupakan afiks, melainkan termasuk golongan klitik karena morfem-morfem tersebut arti leksikal, sedangkan afiks tidak. Morfem –nya yang termasuk golongan klitik ialah morfem –nya yang jelas mempunyai pertalian arti dengan ia. Morfem nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia, misalnya rupanya, agaknya, kiranya, tampaknya, akhirnya, termasuk golongan afiks karena hubungan dengan arti leksikalnya sudah terputus.
Morfem –isme seperti dalam nasionalisme, patriotism, dinamisme, liberalism juga tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks karena morfem tersebut jelas masih memiliki arti leksikal. Morfem tersebut termasuk golongan klitika.

d.   Konfiks
Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
meN-/-kan            : membicarakan, menemukan, menyelesaikan, mengatakan
men-/-i                  : menjalani, memasuki, memukuli, mewarnai, melempari, menghadiri
 ber-/-kan              : berasaskan, beristrikan, beratapkan, bermandikan, berdasarkan
 ber-/-an                : bepergian, beterbangan, berlarian, berpandangan, beraturan,
 ke-/-an                  : kalaparan, kedinginan, kehilangan, kehabisan, kehujanan, kebanjiran
 peN-/-an               : pendaftaran, penelitian, pendanaan, pengumuman, penulisan
per-/-an                 : perbuatan, pertemuan, perjanjian, pergerakan, perjuanagan
 se-/-nya                : sebenarnya, sebaiknya, sesamanya, sesungguhnya, secepatnya
 memper-/-kan       : memperbandingkan, memperbincangkan, mempermasalahkan
 memper-/-i           : mempersenjatai, memperbarui, memperbaiki

2.     Afiks Ditinjau dari Asalnya
Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks asli dan afiks dari bahasa asing.
a.    Afiks Asli
Afiks asli ialah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Contoh:
ke-an   +          adil                  =          keadilan
ter-      +          jatuh                =          terjatuh
b.    Afiks Asing
Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.
Contoh:
pra-     +          sejarah            =          prasejarah
-ik       +          patriot             =          patriotik
3.    Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya
Ditinjau dari produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat      dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks improduktif dan afiks produktif.
a.     Afiks improduktif
Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata atau morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.
Contoh:
-is        +          nasional          =          nasionalis
-wi       +          manusia          =          manusiawi

b.    Afiks produktif
Afiks produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam distribusinya.

2.   Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Reduplikasi penuh seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik), dan reduplikasi semu, seperti mata-mata, yaitu memiliki makna lain dengan makna aslinya.

3.   Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal.
Contoh :      lalu + lintas      = lalu lintas
                   rumah  + sakit = rumah sakit
                   sapu + tangan  = sapu tangan

4.    Konversi, Modifikasi Internal  dan Suplesi    
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah proses  pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain  tanpa perubahan unsur segmental.
Modifikasi  internal (sering disebut juga penam bahan internal atau perubahan  internal) adalah proses pembentukan  kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap.
Suplesi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.

5.    Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan Misalnya bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).
Penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan itu. Misalnya, lab atau labo dari laboratorium dok dari bentuk utuh dokter, dan perpus dan bentuk utuh perpustakaan Yang dimaksud dengan smgkatan adalah hasil proses pemendekan. 

E.  Morfofonemik          
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi maupun komposisi.