Minggu, 22 September 2013

Morfologi


Kelompok 2


1.Adli Rizal Farabi                                            A1B113088  
2.Ayu Mustika S.N                                           A1B113098
3.Dina Mulianti                                                 A1B113081
4.Fania Damayanti                                            A1B113087
5.Fatmawati                                                     A1B113066
6.Fitriani                                                           A1B113095
7.Henny Muhdianti                                           A1B113090
8.Intan Kurnia Sari                                           A1B113079
9.Laily Mukhlisah                                             A1B113016  
10.Mega Puza Purnamasari                              A1B113099
11.Puji Lestari                                                  A1B113045
12.Siti Maryam                                                A1B113031
13.Yulina Rahmi                                               A1B113044
14.Yuniwati Khairunnisa                                   A1B113033


MORFOLOGI

A.   Pengertian Morfologi

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
 
B.    Morfem
1.    Pengertian Morfem
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

2.    Alomorf
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang membentuk verba aktif. Setiap morfem mempunyai alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk alomorf dari beberapa morfem yaitu:
1.     Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.
a.      Ber-
Contohnya : bertamasya
b.     Be-
Contohnya : bepergian
c.      Bel-
Contohnya : belajar
2.     Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-.
a.      Me-
Contohnya : mewajibkan, merajut
b.     Mem-
Contohnya : membawa, mempunyai
c.      Men-
Contohnya : mencangkul, menulis, menndapatkan
d.     Meng-
Contohnya : menggulung, mengkaji
e.      Menge-
Contohnya : mengecat
f.      Meny-
Contohnya : menyapu, menyiram, menyingkir

3.    Morf
Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya, ( misal i pada kenai ).

4.    Klasifikasi Morfem
*      Morfem Bebas dan Morfem Terikat
*      Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
*      Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
*      Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
*      Mofem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem), dan Akar (Root)

C.   Kata
1.    Hakikat Kata
Menurut bahasawan tradisional kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian. Batasan kata yang umum kita jumpai dalam berbagai buku linguistik Eropa adalah bahwa kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. Batasan tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain; atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.
 
2.   Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan tradisional mengguaakan kriteria makna dan kriteria tungsi. Kriteria makna digunakan urltuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina, dan lain-lainnya. Verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan; dan yang disebut konjungsi adalah kata yang bertugas atau berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, atau bagian kalimat yang satu dengan bagian yang lain.

3.    Pembentukan Kata
Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan dibicarakan berikut ini.
1).  Inflektif
 Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi, seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
2).  Derifatif
Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.

D.   Proses Morfemis

1.     Afiksasi
Afiksasi sering pula disinonimkan dengan proses pembubuhan afiks (imbuhan). Afiksasi atau proses pembubuhan imbuhan ialah pembentukan kata dengan cara melekatkan afiks pada bentuk dasar. Hasil afiksasi disebut kata berafiks atau kata berimbuhan. Afiksasi dalam bahasa Indonesia sangat memegang peranan penting. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan, bahwa bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif.  Afiks dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta produktifnya, yaitu:
1.     Afiks Ditinjau dari Letaknya.
Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan gabungan.
a.     Prefiks
 Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).
Contoh:
ber-          : berjalan, berdiri, bekerja, belajar, berlari, bertamu, berpikir, dll
meN-       : membeli, mencuci, meniru, mendarat, mengampu, menyanyi, melihat, dll
memper-  : memperbanyak, memperindah, mempermudah, memperbesar, dll
di-            : dibeli, dicuri, diambil, didengar, diraba, dijilat, diputar, dimakan, dll
ter-          : terkenal, terinjak, terbawa, terhormat, terpandai, termakan, terdengar, dll
per-          : perlebar, perpanjang, persempit, perluas, perluas, perkecil, dll
peN-        : pembeli, penjual, penata, pengampu, pemakan, penyanyi, dll
pe-           : pedagang, pelari, peternak, pekebun, petinju, peserta, petenis, dll
pra/pre-    : prasejarah, praduga, praremaja, prefiks, prajabatan, prakarya, dll

b.    Infiks
Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar.
Contoh:
 -el-          : telunjuk, temali, telapak, gelembung, geligi, pelatuk, gemulung
-er-          : serabut, seruling, gerigi
-em-         : kemuning, kemelut, kemilau, temali
-in-          : kinerja, sinambung, tinambah

c.    Sufiks
Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.
Contoh:
-an                         : bacaan, makanan, tulisan, hitungan, catatan, kiriman
-kan                       : ambilkan, carikan, satukan, pisahkan, dengarkan, bicarakan
-i                            : temui, jumpai, ambili, tulisi, tangkapi, pukuli, panggili, mintai, alami, hewani
-ah                         : alamiah, insaniah, ilmiah
-wi                         : duniawi, ragawi, manusiawi
-nya                       : rupanya, tampaknya, agaknya, akhirnya
-wan                      : ilmuwan, sastrawan, budayawan, karyawan, wartawan, bangsawan
-wati                      : wartawati, karyawati, seniwati
-in                          : muslimin, mukminin, hadirin
-at                          : muslimat, mukminat, hadirat
-a/-i                        : dewa-dewi, mahasiswa-mahasiswi, putra-putri, muda-mudi

Morfem-morfem -ku, -mu, -nya, dan kau seperti pada bukunya, sepedaku, rumahmu, dll bukan merupakan afiks, melainkan termasuk golongan klitik karena morfem-morfem tersebut arti leksikal, sedangkan afiks tidak. Morfem –nya yang termasuk golongan klitik ialah morfem –nya yang jelas mempunyai pertalian arti dengan ia. Morfem nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti dengan ia, misalnya rupanya, agaknya, kiranya, tampaknya, akhirnya, termasuk golongan afiks karena hubungan dengan arti leksikalnya sudah terputus.
Morfem –isme seperti dalam nasionalisme, patriotism, dinamisme, liberalism juga tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks karena morfem tersebut jelas masih memiliki arti leksikal. Morfem tersebut termasuk golongan klitika.

d.   Konfiks
Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar.
Contoh:
meN-/-kan            : membicarakan, menemukan, menyelesaikan, mengatakan
men-/-i                  : menjalani, memasuki, memukuli, mewarnai, melempari, menghadiri
 ber-/-kan              : berasaskan, beristrikan, beratapkan, bermandikan, berdasarkan
 ber-/-an                : bepergian, beterbangan, berlarian, berpandangan, beraturan,
 ke-/-an                  : kalaparan, kedinginan, kehilangan, kehabisan, kehujanan, kebanjiran
 peN-/-an               : pendaftaran, penelitian, pendanaan, pengumuman, penulisan
per-/-an                 : perbuatan, pertemuan, perjanjian, pergerakan, perjuanagan
 se-/-nya                : sebenarnya, sebaiknya, sesamanya, sesungguhnya, secepatnya
 memper-/-kan       : memperbandingkan, memperbincangkan, mempermasalahkan
 memper-/-i           : mempersenjatai, memperbarui, memperbaiki

2.     Afiks Ditinjau dari Asalnya
Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks asli dan afiks dari bahasa asing.
a.    Afiks Asli
Afiks asli ialah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Contoh:
ke-an   +          adil                  =          keadilan
ter-      +          jatuh                =          terjatuh
b.    Afiks Asing
Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.
Contoh:
pra-     +          sejarah            =          prasejarah
-ik       +          patriot             =          patriotik
3.    Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya
Ditinjau dari produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat      dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks improduktif dan afiks produktif.
a.     Afiks improduktif
Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata atau morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.
Contoh:
-is        +          nasional          =          nasionalis
-wi       +          manusia          =          manusiawi

b.    Afiks produktif
Afiks produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam distribusinya.

2.   Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Reduplikasi penuh seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik), dan reduplikasi semu, seperti mata-mata, yaitu memiliki makna lain dengan makna aslinya.

3.   Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal.
Contoh :      lalu + lintas      = lalu lintas
                   rumah  + sakit = rumah sakit
                   sapu + tangan  = sapu tangan

4.    Konversi, Modifikasi Internal  dan Suplesi    
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah proses  pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain  tanpa perubahan unsur segmental.
Modifikasi  internal (sering disebut juga penam bahan internal atau perubahan  internal) adalah proses pembentukan  kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap.
Suplesi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.

5.    Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan Misalnya bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).
Penggalan adalah kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan itu. Misalnya, lab atau labo dari laboratorium dok dari bentuk utuh dokter, dan perpus dan bentuk utuh perpustakaan Yang dimaksud dengan smgkatan adalah hasil proses pemendekan. 

E.  Morfofonemik          
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi maupun komposisi.

44 komentar:

  1. Nama saya Supiah, Nim A1B113009

    ingin bertanya" di dalam afiksi tadi disebutkan bahwa bahasa Indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif, yang dimaksud rumpun bahasa aglutinatif itu seperti apa? dan berikan contohnya?" Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Siti Maryam
      Nim : A1B113031

      Akan menjawab pertanyaan dari adinda supiah,

      Bahasa aglutinatif adalah tipe bahasa yang pembentukan katanya melalui proses pengimbuhan pada akar kata; -- akusatif tipe bahasa yang mempunyai penanda eksplisit untuk objek langsung, misal bahasa Inggris yang mempunyai kalimat seperti They kill him, kata him adalah bentuk akusatif dari kata he.

      Contoh Bahasa-bahasa yang tergolong tipe ini, antara lain: bahasa Jawa, bahasa Melayu, bahasa Gorontalo, bahasa Sunda, bahasa Dayak, bahasa Makasar, bahasa Malagasi, bahasa Tapalog, dan bahasa-bahasa Austronesia pada umumnya.


      Hapus
  2. Nama:Norizzati Khairina
    NIM :A1B113011

    ingin bertanya,apa perbedaan inflektif dengan derifatif !
    terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Siti Maryam
      Nim : A1B113031

      Saya akan mencoba menjawab dari pertanyaan adinda Norizzati Khairina,

      PERBEDAAN AFIKS DERIVATIF DENGAN AFIKS INFLEKTIF
      a. afiks derivatif membentuk kata yang sama jenisnya dengan kata tunggal, sedangkan afiks inflektif tidak (terutama dalam bahas inggris, mungkin dalam Bahasa Indonesia tidak).
      b. afiks derivatif lebih beragam, sedangkan afiks inflektif kurang beragam
      c. afiks-afiks derivatif dapat mengubah jenis kata, sedangkan afiks-afiks inflektif tidak
      atas pertanyaannya terima kasih ..

      Hapus
  3. nama: maisyarah
    Nim:A1B113070

    Saya ingin bertanya,,jelaskan kenapa didalam afiksasi bahasa indonesia sangat memegang peran penting, bahwa bahasa indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif?? Dan apa makna dari aglutinatif itu sendiri??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fatmawati
      NIM : A1B113066

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Maisyarah. Aglutinatif itu berkaitan dengan (berasal) aglutinasi, dalam linguistik diartikan sebagai gejala penggunaan afiks untuk membentuk suatu pengertian baru dari suatu kata dasar. Didalam afiksasi bahasa indonesia sangat memegang peran penting, bahwa bahasa indonesia termasuk rumpun bahasa aglutinatif karena proses pembubuhan imbuhan dengan cara melekatkan afiks pada bentuk dasar agar terbentuk kata baru. Semoga dapat dipahami.

      Hapus
  4. nama saya juwairiah (A1B113036) Mengapa konsep morfem tidak dikenal oleh para tata bahasawan tradisional jelaskan menurut kelompok kalian?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Dina mulianti
      Nim : A1B113081

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Juwairiah.Menurut kami karena konsep morfem baru diperkenalkan oleh kaum struktualis pada abad ke duapuluhan.Oleh sebab itu para tata bahasawan tidak mengenal konsep morfem tersebut.

      Terima Kasih :)

      Hapus
  5. Nama : Rabiatul Sakban Miah
    NIM : A1B113041

    Saya ingin bertanya, morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatik.
    yang ingin saya tanyakan adalah, tolong jelaskan apa yang dimaksud satuan gramatik dari kalimat di atas !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya Adli Rizal Farabi (A1B113088) akan menjawab pertanyaan dari saudari Rabiatul Sakban Miah.

      Yang di maksud satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik leksikal maupun arti gramatik, satuan-satuan yang berulang-ulang dapat kita dengar, misalnya sepeda, bersepeda, sepeda-sepeda, bersepeda-bersepeda, bersepeda ke pasar, aku membeli sepeda, sepeda baru, dan lain sebagainya.

      terima kasih :)

      Hapus
    2. saya Puji Lestari NIM (A1B113045)
      kan menjawab pertanyaan dari saudari Juwairiah' menurut kelompok kami mengapa konsep maupun istilah morfem tidak dikenal oleh para tata bahasa tradisional karena bukan merupakan satuam sintaksis, akan tetapi mulai diperkenalkan oleh kaum strukturalis pada awal abad kedua puluh.

      Hapus
  6. Nama saya Farida Iriyani (A1B113094) akan bertanya kpd kelompok Morfologi.
    Bagaimana cara kerja afiks produktif yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain sebagaimana tampak dalam distribusinya ? Tolong berikan contohnya ! Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fatmawati
      NIM : A1B113066

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Farida Iriyani. Cara kerja afiks produktif yaitu unsur langsung yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru yang distribusinya (pembagiannya) tidak terbatas dalam kata dan masih membentuk kata-kata baru.Contoh afiks yang produktif pada waktu ini, meskipun afiks itu berasal dari bahasa asing, yaitu wan. Di samping kata-kata lama seperti bangsawan, hartawan, jutawan, dermawan, timbullah sekarang kata-kata baru, misalnya sejarawan, negarawan, bahasawan, tatabahasawan, rohaniwan, sukarelawan, karyawan,dan usahawan. Demikian pula afiks per-an, misalnya perkoprasian, perbankan, pertokoan, perkebunan, peranggrekan, perdiselan, perlistrikan, perumahan, pergedungan, perkuliahan, pertekstilan, perminyakan. Afiks peN-an misalnya pemikiran, penghijauan, pembangunan, pengembalian, pengawetan, penyusunan, pengawasan, pengejawantahan, pengerahan, pentransmigrasian, dan sebagainya; afiks ke-an, misalnya keadilan, kewargaan, keberangkatan, kepergian, kemanusiaan, ketuaan, dan kedaerahan. Semoga dapat dipahami.

      Hapus
  7. Nama : Aulia Rahmawati
    NIM : A1B113078

    Saya ingin bertanya, adakah contoh perubahan bentuk morfem dalam morfem itu sendiri dalam bahasa Indonesia? Kalau ada berikan contohnya! Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya Adli Rizal Farabi (A1B113088) akan mencoba menjawab pertanyaan dari Aulia Rahmawati.

      Sebenarnya banyak contoh kata perubahan morfem, tapi perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

      Contohnya : mem- : membawa , meN- men - : menulis, meny- ; menyisir, meng- ; menggambar, me- ; melempar....dll

      semoga dapat dipahami, terima kasih :)

      Hapus
  8. Nama saya ayu ristiana sari ( A1B113004 ) mau bertanya kepada kelompok morfologi. Kata yang bermorfem tunggal dan kata bermorfem banyak itu seperti apa dan berikan contohnya. terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fatmawati
      NIM : A1B113066

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Ayu Ristiana Sari. Kata bermorfem tunggal adalah satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi. Misalnya satuan meN-, ber-, pohon, sepatu, hitam dan lihat.Sedangkan morfem kompleks adalah satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil. Misalnya satuan-satuan membeli, bersepatu hitam, dan pohon-pohonan. Semoga dapat dipahami.

      Hapus
  9. Saya Diah Oktiawati (A1B113077) ingin bertanya. Tolong berikan contoh tentang pembentukan kata yang terdiri dari Inflektif dan Derifatif

    BalasHapus
  10. Nama : Dina Mulianti
    Nim : A1B113081

    Saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Diah Oktiawati.
    1). Inflektif
    Pembentukan kata secara inflektif adalah pembentukan kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi.
    contoh :bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut.

    2). Derifatif

    Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.

    Terima Kasih :)

    BalasHapus
  11. Saya Diana Maya Utami (A1B113043) ingin bertanya pada kelompok Morfologi , dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Pertanyaan saya adalah , berikan contoh dari kata yang bermorfem tunggal dan kata yang bermorfem banyak.
    Terima kasih ! ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fatmawati
      NIM : A1B113066

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Diana Maya Utami. Pertanyaan yang Diana ajukan telah dipertanyakan oleh saudari Ayu Ristiana Sari dan telah dijawab oleh saya. Kata bermorfem tunggal adalah satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang paling kecil. Misalnya satuan meN-, ber-, pohon, sepatu, hitam dan lihat.Sedangkan morfem kompleks adalah satuan yang terdiri atau gabungan dari satuan-satuan yang lebih kecil. Misalnya satuan-satuan membeli, bersepatu hitam, dan pohon-pohonan. Semoga dapat dipahami. ^_^

      Hapus
  12. Salam, saya Ria Dina Al Hikmah (A1B113018) ingin bertanya untuk menentukan bentuk konfiks dan bukan konfiks itu bagaimana, makna gramatikal yang seperti apa yang harus diperhatikan ?
    Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama Saya Yuniwati Khairunnisa (A1B113033) akan menjawab pertanyaan dari Ria Dina Al Hikmah,Menurut saya Dalam bahasa Indonesia ada konfiks per-/-an seperti terdapat pada katapertemuan, konfiks ke-/-an pada kata keterangan, dan konfiks ber-/-an sepertipada kata berciuman. Dalam penggunaan konfiks dalam bahasa Indonesia, ada dua hal yang perludiperhatikan. Pertama, untuk menentukan dua buah afiks (prefiks dan sufiks)adalah konfiks atau bukan harus dilihat makna gramatikalnya yang terjadi dalamproses afiksasi. Misal, bentuk ber-/-an pada kata beraturan bukanlah konfiks,sebab maknanya adalah mempunyai aturan atau ada aturannya. Jadi jelas sufiks – 17 .terima kasih

      Hapus
  13. Nama: Juwairiah
    NIM : A1B113036
    Saya ingin bertaya Di dalam identifikasi morfem sebuah satuan bentuk harus membandingkan bentuk di dalam kehadiran bentuk-bentuk lain apakah itu memang harus jelaskan dan berikan contohnya!

    BalasHapus
  14. Nama saya Yuniwati Khairunnisa (A1B113033) akan menjawab pertanyaan dari Juwairiah, untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}..Contoh bentuk [kedua],dalam ujaran diatas kita bandingkan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut.
    kedua
    ketiga
    kelima
    ketujuh
    kedelapan
    Ternyata semua bntuk ke pada daftar diatas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan yang mempunyai makna yang sama, yaitu menyatakan tingkat dan derajat.dengan demikian bentuk ke pada daftar di atas,bisa disebut sebagai sebuah morfem.

    BalasHapus
  15. nama saya MASITAH NIM A1B113035
    saya ingin bertanya: mengapa kata sapu jika di jadikan kata kerja jadi menyapu? mengapa bukan mensapu atau menysapu?

    BalasHapus
  16. NAMA: INTAN KURNIA SARI
    NIM: A1B113079
    Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Masitah. Kata sapu apabila dijadikan kata kerja akan berubah menjadi menyapu karena sesuai dengan hukum KTSP. Hukum KTSP maksudnya adalah apabila imbuhan me- bertemu bukan huruf vocal maka kata dasarnya akan melebur, sehingga kata sapu akan berubah menjadi kata menyapu. Karena huruf “s” pada kata sapu bukan termasuk huruf vocal.

    BalasHapus
  17. Nama saya Siti noorjanah(A1B113084)...
    Pembentukan kata terbagi 2 yaitu: secara infletik dan derifatiif..
    jadi saya ingin anda memeberikan contoh pembentukan kata secara infletik itu seperti apa..?

    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. NAMA : INTAN KURNIA SARI
      NIM : A1B113079
      contohnya yaitu membaca, dibaca, terbaca, kau baca, dan bacalah. bentuk - bentuk tersebut merupakan kata yang sama, berarti juga mempunyai identitas leksikal (berkaitan dengan kosa kata) yang sama. perbedaan bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya. dengan demikian, prefiks me-, di-, ter-, ku-, dan kau- adalah inflektik.

      Hapus
    2. Nama : Fania Damayanti
      NIM : A1B113087
      Saya ingin menambahkan jawaban dari kelompok saya Intan Kurnia Sari. Bahasa yang termasuk jenis bahasa inflektif antara lain adalah bahasa-bahasa dari rumpun bahasa Semitik serta beberapa bahasa dari rumpun bahasa Indo - Eropa seperti Sanskerta, Yunani, Latin, Rusia, Jerman, Ceko, dan Polandia.
      Contoh proses perubahan fonem dalam pembentukan kata secara inflektif terlihat misalnya pada kata bahasa Latin bonus yang bermakna "bagus". Akhiran -us menunjukkan gender maskulin, nominatif, dan tunggal. Jika salah satu fitur tersebut ingin diubah, misalnya menjadi feminin atau jamak, akhiran -us pun harus diubah.

      Hapus
  18. Nama saya Muhammad adi mulyadi NIM A1B113025... saya ingin bertanya tentang pemajemukan,, apakah "kipas angin" bisa masuk dlm pemajemukan tersebut?? dapatkah dijelaskan... terimakasih sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fania Damayanti
      NIM : A1B113087

      Saya akan menjawab pertanyaan dari Muhammad adi mulyadi. Menurut saya iya,kipas angin bisa masuk dalam pemajemukan karena pemajemukan atau komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem yang memiliki makna leksikal (makna berdasarkan kamus) yang baru, kipas dan angin memiliki makna leksikal yang berbeda, namun ketika dikomposisikan menjadi kipas angin akan menghasilkan makna leksikal yang berbeda juga. Semoga dapat dipahami.

      Hapus
  19. Nama: Rezki Fitriani
    NIM : A1B113027
    Saya ingin bertanya, jelaskan maksud dari proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal. Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fatmawati
      NIM : A1B113066

      Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Rezki Fitriani. Proses pembentukkan kata dari dua morfem bermakna leksikal maksudnya penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar yang bermakna leksikal (terdapat dalam kamus atau berdasarkan kamus). Contohnya lalu + lintas = lalu lintas, rumah + sakit = rumah sakit, lalu lintas dan rumah sakit terdiri dari dua morfem dasar yang memiliki satu arti dan terdapat dalam kamus. Semoga dapat dipahami.

      Hapus
  20. Nama: Juwairiah
    NIM : A1B113036
    Saya ingin bertaya Dalam prodoktifnya proses komposisi dalam bahasa indonesia menimbulkan berbagai masalah dan barbagaimacam pendapat seperti dalam kata majemuk didalam bahasa indonesia bagaimana cara kita mengatasi masalah tersebut!

    BalasHapus
  21. saya Nella Yulia Sari (A1B113091)
    ingin bertanya. Apakah kata 'baju merah' juga termasuk kedalam Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal? jika iya berikan alasan, jika tidak mengapa? terima kasih

    BalasHapus
  22. nama saya Noor Wyena, NIM saya A1B113097
    saya ingin bertanya, mengapa secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah MORFEM pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Fania Damayanti
      NIM : A1B113087

      Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Noor Wyena. Mengapa objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi,karena Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu dari morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

      Hapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. Nama saya Yulina Rahmi ( A1B113044 ) akan menjawab pertanyaan dari saudari Juwairiah
    Menurut saya,cara kita dalam mengatasi berbagai pendapat mengenai kata majemuk dalam bahasa Indonesia ialah dengan hanya tidak berpaut pada satu acuan,jadi kita bisa mencari acuan-acuan lain dalam mempelajarinya dengan begitu kita akan mendapatkan beberapa acuan yang berbeda dan saling membandingkannya,dan dengan begitu kita bisa mendapatkan acuan yang benar,dengan cara mempelajari dan menelitinya.Terima kasih

    BalasHapus
  25. Nama saya fitriani (A1B113095), Saya ingin menjawab pertanyaan dari saudari nella yulia sari : ysitu tidak berlaku , sebab sesuai dengan konsep dasar kompesisi yaitu penggabungan bentuk dasar yang satu dengan bentuk dasar yang lain dan akan menimbulkan makna baru maka pada bentuk baju merah penggabungan kedua kata tersebut tidak menimbulkan makna baru , akan tetapi membentuk keterangan.

    BalasHapus
  26. 'Nama saya siti noor janah(A1B113084) :Di buku dituliskan..
    Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.
    jadi saya ingin anda bisa menjelaskn maksud trsebut menurut kalian secara lebih rinci lgi.?

    Terima Kasih

    BalasHapus
  27. Saya Intan Puspitasari (A1B113013) ingin menanyakan perbedaan antara inflektif dan derivatif. Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya Fatmawati (A1B113066) akan menjawab pertanyaan dari Intan Puspita Sari. Pertanyaan yang Saudari tanyakan telah dibahas oleh Siti Maryam dan Dina Mulianti yang menjawab pertanyaan dari Norizzati Khairina dan Diah Oktiawati.

      1). Inflektif
      Pembentukan kata secara inflektif adalah pembentukan kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi.
      contoh :bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut.

      2). Derifatif

      Pembentukan kata secara derivatif adalah membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya, dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.

      Semoga dapat dimengerti. Terima kasih ^_^

      Hapus